Senin, 19 November 2012

KESETIAAN



AL WAFA’ (KESETIAAN)
          Hari itu Rasulullah saw kembali ke rumah tidak seperti biasanya. Saat itu beliau kembali dengan muka pucat, tubuh gemetar dan raut muka yang menyiratkan rasa ketakutan yang sangat dalam. Beliau baru saja mengalami satu peristiwa yang belum pernah beliau temui sebelumnya. Peristiwa turunnya wahyu Allah swt yang pertama kali. Wahyu yang sekiranya diturunkan kepada gunung sekalipun, niscaya gunung itu akan tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah swt (QS Al Hasyr: 21).

          Melihat suaminya dalam keadaan seperti itu, Khadijah -Radhiyallahu ‘anha- segera mengambil tindakan. Dia selimuti suaminya, dan dia dekap erat-erat. Dan yang lebih penting dari semua itu, dia katakan dengan penuh keyakinan, ketulusan dan kejujuran kalimat-kalimat berikut ini:
“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, demi Allah, sungguh engkau telah menyambung persanakan (shilatur-rahim), benar dalam berbicara, memikul beban orang yang kepayahan, membantu orang yang tidak mampu, menyuguhkan hidangan kepada tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah …”. (Muttafaqun ‘alaih).

           Sebuah ucapan yang menunjukkan sifat wafa’ yang luar biasa. Coba bayangkan, bukankah pernikahan antara Rasulullah saw dengan Khadijah telah berjalan lima belas (15) tahun?! Meskipun demikian, yang keluar dari mulut Khadijah dengan fasih adalah daya ingatnya terhadap berbagai kebaikan Rasulullah saw. Sebuah pengakuan atas kebaikan dan jasa orang lain yang luar biasa. Kenapa pada saat-saat yang genting seperti itu yang diingat oleh Khadijah adalah kebaikan Rasulullah saw?
 Bukan hanya itu.
Khadijah segera membawa nabi Muhammad saw untuk menemui pamannya, Waraqah bin Naufal.
Dari pertemuan antara nabi Muhammad saw dengan Waraqah bin Naufal, nabi Muhammad saw semakin yakin, bahwa dirinya benar-benar telah dipilih oleh Allah swt untuk menjadi nabi dan Rasul.
Bukan hanya itu saja.
Khadijah adalah orang pertama yang menyatakan beriman kepada kenabian dan kerasulan nabi Muhammad saw, sebuah keimanan yang membuat hati Rasulullah saw semakin kuat, tegar dan mantap.
Bukan itu saja.
Khadijah (ra) adalah seorang wanita yang membela Rasulullah saw saat didustakan oleh kaumnya. Membelanya dengan kedudukannya, dengan hartanya dan dengan segala yang dimilikinya.
Pada pihak yang sebaliknya, Rasulullah saw juga sangat wafa’ kepada istrinya itu.
Sepeninggal Khadijah (ra), Rasulullah saw sering menyebut-nyebut Khadijah (ra), dan bila menyembelih kambing atau semacamnya, beliau saw bersabda: “Tolong antarkan ini kepada si fulanah, dan yang ini kepada si fulanah. Saat ditanyakan kepada beliau, kenapa mereka? Beliau saw menjawab: “Mereka adalah teman-teman Khadijah”.
Pernah suatu kali datang kepada Rasulullah saw seorang wanita yang bernama Halah. Ia adalah saudari Khadijah. Suaranya, postur tubuhnya dan beberapa hal lainnya mirip dengan Khadijah.
Begitu Rasulullah saw mendengar salam Halah, beliau saw langsung terperanjat. Ternyata yang datang adalah Halah. Karenanya beliau bersabada: Allahumma, Halah (ya Allah, ternyata Halah).
Sikap wafa’ yang membuat Ummul Mukminin ‘Aisyah (ra) cemburu berat.
Sampai-sampai pada suatu kali ‘Aisyah (ra) berkata: “Apa yang bisa engkau perbuat dengan seorang wanita yang sudah tua renta, yang Allah swt telah menggantikannya dengan yang lebih baik darinya!
Maka Rasulullah saw menjawab: “Demi Allah, Dia belum memberikan ganti untukku dengan yang lebih baik darinya …”. (HR Bukhari).
Sikap kesetiaan yang luar biasa, yang membuat kita bertanya-tanya: “Adakah Rasulullah saw mengambil hati seseorang yang telah meninggal dunia dan menyebabkan yang masih hidup marah-marah kepadanya?
Dalam kesempatan ini ada baiknya kita simak apa penuturan seorang Nashrani yang mengakui sifat keteladanan nabi saw dalam hal ini:
Berkatalah DR. Fahmi Lucas: “Aisyah (ra), seorang istri yang masih muda, yang mempunyai kedudukan tersendiri di hati suaminya, tidak berani lagi menyinggung-nyinggung Khadijah (ra) setelah kejadian itu.
Apa yang membuat Muhammad (saw) berbuat seperti itu, yaitu kesetiaan yang begitu indah yang diberikannya kepada Khadijah (ra). Kesetiaan yang mejadi pusat keteladanan bagi seluruh suami dan istri. Adakah Muhammad (saw) mencari hati dari seorang wanita yang telah meninggal dengan resiko dimarahi oleh istrinya yang masih hidup bersamanya?
Apa kata yang bisa diungkapkan untuk menggambarkan kesetiaan yang penuh mukjizat ini, sementara dunia penuh oleh penyelewengan, perselingkuhan, lupa jasa dan pengkhianatan?”.
Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah!
Tiba saatnya bagi kita untuk kembali memperbaiki kehidupan rumah tangga kita. Rumah tangga tempat anak-anak, generasi masa depan menghabiskan waktu-waktunya untuk menempa dan membentuk kepribadiannya.
Tiba saatnya bagi kita untuk menunjukkan dan memberikan sifat wafa’ kita kepada pasangan hidup kita, agar anak-anak tumbuh menjadi manusia-manusia yang shalih dan shalihah yang akan menegakkan diin Allah di atas muka bumi ini.
Tiba saatnya bagi kita untuk kembali merenungi dan menteladani Rasulullah saw, dalam hal kesetiaan, ke-bapak-an dan ke-suami-an, agar tassi (ke-uswah-an) kita menjadi sempurna, sehingga berkesempatan mengharapkan kehidupan akhirat yang baik.
Dan akhirnya, semoga Allah swt memberikan kekuatan kepada kita untuk mendengarkan perkataan yang baik, lalu mengikutinya dengan istiqamah, amiiin. Serial Taujihat Usbu’iyyah, no: 07

SEBUAH PERJUANGAN


Kreativitas Perjuangan

Keamanan di wilayah Jazirah Arab telah pulih kembali. Negeri ini tampak tenang setelah lebih dari satu tahun dilanda berbagai peperangan dan ekspedisi. Namun orang-orang Yahudi yang telah merasakan berbagai kehinaan sebagai akibat dari pengkhianatan dan rencana-rencana jahat mereka belum sadar dari penyimpangannya.

Mereka mulai menyusun kembali rencana jahatnya terhadap kaum Muslimin. Mereka pun mulai melakukan persiapan untuk melancarkan pukulan telaknya terhadap kaum muslimin. Karena mereka tidak berani melakukan perlawanan secara langsung terhadap kaum muslimin, maka mereka menempuh cara yang licik dan jahat untuk mencapai tujuan tersebut. Orang-orang Yahudi bersekutu dengan kaum musyrikin Mekah. Kemudian berangkatlah mereka menuju ke Madinah.
Seandainya pasukan yang bersekutu itu mendatangi perbatasan Madinah secara mendadak, tentu hal itu merupakan bahaya sangat mengancam eksistensi kaum muslimin, Bahkan, mereka mungkin saja dapat membinasakan kaum muslimin sampai ke akar-akarnya. Namun, kepemimpinan Madinah adalah kepemimpinan yang senantiasa waspada dan tidak pernah lalai, senantiasa memantau keadaan dan memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Sebelum pasukan itu bergerak dari posisinya, intelijen Madinah telah menyampaikan informasi kepada pemimpinnya tentang keberadaan pasukan tersebut.
Rasulullah SAW segera mengadakan musyawarah untuk membahas strategi pertahanan terhadap eksistensi Madinah. Setelah berlangsung diskusi antara pemimpin dan anggota musyawarah, mereka bersepakat untuk menyetujui usulan yang diajukan oleh sahabat mulia, Salman al Farisi ra. Salman mengusulkan: Wahai Rasulullah, dahulu kami adalah orang yang hidup di negeri Parsi. Apabila kami dikepung oleh musuh, kami membuat parit.
Strategi ini merupakan strategi kreatif yang belum pernah dikenal oleh bangsa Arab sebelum ini. Rasulullah SAW segera menerapkan strategi kreatif tersebut. Setiap sepuluh orang, beliau beri tugas untuk menggali parit empat puluh hasta. Kaum Muslimin pun menggali parit dengan penuh kesungguhan, sementara Rasulullah SAW terus memberikan motivasi kepada mereka dan turut serta dalam pekerjaan tersebut. Setelah melalui perjuangan yang sangat berat, akhirnya dengan izin Allah, kaum muslimin mampu mengalahkan kekuatan kaum kafir dan Yahudi.
(Sirah Nabawiyah hal 428 )

Wahai para mujahid, apakah yang dimaksud dengan kreatif itu?

·        Sebuah keluarga yang berpenghasilan rendah, tetapi mereka menyusun rencana untuk dapat menyekolahkan anaknya ke universitas. Itu adalah berpikir kreatif.
·        Pengurus sebuah masjid ingin mengubah masjidnya yang kerap sepi menjadi sebuah masjid yang diminati masyarakat sekelilingnya. Inilah berpikir kreatif.
·        Seorang ulama mengembangkan suatu rencana untuk melipatgandakan jumlah jamaah majelis ta’limnya. Inilah berpikir kreatif.
·        Sebuah partai politik berpikir untuk membuat perolehan suaranya lebih besar dari perolehan pada pemilu sebelumnya, inilah berpikir kreatif!
Jadi, berpikir kreatif berarti yakin dan terus berusaha untuk menemukan cara-cara baru yang lebih baik agar memperoleh hasil yang lebih baik.
Sekarang marilah kita lihat apa yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan dan menguatkan kemampuan kita untuk lebih kreatif dalam jalan dakwah ini. Hal yang amat penting di awal proses kreatif adalah “percayalah jika Allah menghendaki maka hal tersebut dapat dilakukan”. Inilah prinsipnya: Untuk melakukan apapun, kita harus lebih dahulu percaya bahwa hal itu dapat dilakukan. Percaya bahwa sesuatu itu dapat dilakukan akan membuat pikiran kita bergerak mencari cara untuk melaksanakannya. Maka mohonlah selalu pada Allah lalu kuatkan ikhtiar diri ini. Jika kita percaya, pikiran kita akan mencari jalan untuk melaksanakannya.
Pernyataan di atas mempunyai satu maksud: Jika kita percaya sesuatu itu tidak mungkin, maka pikiran kita akan bekerja bagi kita untuk membuktikan bahwa hal itu tidak mungkin. Akan tetapi jika kita percaya, benar-benar percaya bahwa dengan pertolongan Allah, sesuatu dapat dilakukan, maka pikiran kita akan bekerja keras bagi kita dan membantu kita mencari jalan untuk melaksanakannya.
Percaya bahwa sesuatu itu dapat dilakukan akan melicinkan jalan untuk solusi yang kreatif. Sebaliknya percaya bahwa sesuatu tidak dapat dilakukan adalah cara berpikir yang destruktif. Hal ini berlaku pada semua situasi, besar dan kecil. Kepercayaan menghasilkan kekuatan kreatif. Ketidakpercayaan menjadi rem bagi berpikir kreatif. Percayalah dan kita pun akan mulai berpikir secara konstruktif. Allah akan menolong kita dan pikiran kita pun akan mencari jalan jika kita mengizinkannya..
Dimana ada kemauan di situ ada jalan.
Gunakan tiga cara ini untuk memelihara dan mengembangkan gagasan kita:
1.      Jangan biarkan gagasan lepas. Tuliskan gagasan tersebut. Setiap hari banyak sekali gagasan yang dilahirkan hanya untuk mati dengan cepat karena tidak dituangkan ke atas kertas. Ingatan adalah pesuruh yang lemah dalam melindungi dan memelihara gagasan yang masih sangat baru. Bawa selalu buku catatan atau beberapa kartu kecil bersama kita, dan tuliskanlah dengan segera setiap gagasan yang timbul.
2.      Berikutnya, tinjaulah gagasan kita. Tempatkan gagasan di dalam arsip aktif dan periksa gudang gagasan kita secara teratur. Sementara kita memeriksa gagasan kita, sebagian mungkin tidak mempunyai nilai sama sekali. Singkirkan gagasan tersebut, akan tetapi selama suatu gagasan memiliki harapan, simpanlah terus.
3.      Tanam dan pupuk gagasan kita. Buatlah gagasan bertumbuh, pikirkan gagasan tersebut, kaitkan dengan gagasan lain yang masih berhubungan. Carilah informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan gagasan kita, dan jika saatnya tiba, buat gagasan itu bekerja untuk diri kita, pekerjaan kita dan masa depan kita. Maka jadilah Ibu yang baik untuk gagasan kita.
Catatan: Jangan biarkan gagasan hanya berada dalam benak atau arsip kita saja. “Juallah” gagasan itu kepada orang lain ; teman kita, karyawan, bos kita, ataupun investor. Seseorang harus “membeli” gagasan tersebut agar gagasan itu menjadi bernilai dan nyata. Dan sekali lagi, jadikan perbaikan terus menerus dan kemajuan sebagai produk kita yang paling terdepan.  Bersiagalah menyongsong kemenangan.